Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2018
Riwayat Joko sambang, Kabupaten Mojokerto   Dahulukala daerah Mojokerto bernama Japan, terdiri dari Japan Kulon yang berpusat di Penarip dan Japan Wetan yang berpusat di Damarsi, Bangsal. Yang menjadi Bupati Japan Kulon ada­lah Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo ketu­runan dari Cinde Amoh dari Banger, Probolinggo. Cinde Amoh adalah putra Kyahi Gede Pengging. Tumenggung Alap-Alap Ronggopramiyo kemudian kawin dengan Nyai Wiyu putra Kyahi Gede Sengguruh di Malang sedangkan Kyahi Gede Sengguruh adalah putra Raden Kusen Pecat Tondoterung yang pada waktu itu menjadi adipati di Surabaya. Sementara yang menjadi bupati Japan Wetan adalah Tumenggung Pfawiroseno yang juga masih keturunan Cinde Amoh. Daerah sebelah barat Japan Kulon berdiri sendiri sebagai Kabupaten yang bernama Wirosobo de­ngan pusatnya di daerah Betek, Mojoagung. Yang menjadi bupati adalah Tumenggung Ronggoper- mono atau dikenal dengan nama Tumenggung Betek. Tumenggung Betek ini masih saudara ipar dengan bupa
Jejak Soekarno yang 'Hilang' di Mojokerto Mojokerto - Dalam memperingati Hari Kemerdekaan 17 Agustus, ada baiknya traveler mengenang kisah para pahlawan. Di Mojokerto, Jatim terdapat suatu rumah yang 'hilang' dan pernah ditempati oleh Soekarno. Apakah Anda sudah tahu ceritanya? Menjadi Sang Proklamator dan presiden pertama Indonesia, Soekarno punya catatan sejarah yang panjang. Selain Blitar, Jakarta, atau Ende, rupanya Soekarno juga pernah meninggalkan jejak di Mojokerto, Jawa Timur. Berawal dari browsing tentang kisah hidup Soekarno, saya baru tahu kalau dirinya pernah tinggal di Mojokerto. Dari buku karangan Peter Kasenda berjudul Sukarno Muda: Biografi Pemikiran 1926-1933 yang dikutip dari Wikipedia. Dijelaskan, Soekarno bersekolah di Eerste Inlandse School saat di Mojokerto. Beberapa informasi yang saya dapat dari berbagai sumber di internet, Soekarno pernah tinggal di sebuah rumah di sekitar kawasan Sekarsari, Kota Mojokerto. Saya lalu menanca
Desa di Mojokerto yang Hilang, Dibom Hingga Warganya Jadi Romusha    Mojokerto - Hilangnya Desa Sendi dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, melalui serentetan peristiwa bersejarah yang cukup panjang. Penduduk desa tersebut banyak eksodus di kala itu. Kepala Desa Pacet, Yadi Mustofa mengaku mendapat cerita bahwa sejak pemerintahan kolonial Belanda terhitung tiga kali penduduk asli Sendi malakukan pengungsian besar-besaran. Eksodus pertama terjadi tahun 1931-1932. Yadi memperkirakan penduduk Desa Sendi saat itu 40-60 kepala keluarga. Pindahnya penduduk Sendi menyusul adanya transaksi tukar-menukar dan pemberian ganti rugi tanah penduduk oleh Boschwezen, intansi Perhutani zaman kolonial Belanda. Transaksi itu tertuang dalam surat Berita Acara Tukar-menukar dan Pemberian Ganti Rugi B No 1-1931 tanggal 21 Nopember 1931 dan B No 3-1932 tanggal 10 Oktober 1932. Saat itu terjadi pembebasan tanah penduduk Desa Sendi oleh Pemerintah Belanda seluas 762,9 hektare.
Kisah Batu Sumber Towo Yang Bertuah di Mojokerto Mojokerto - Wilayah Trowulan, Mojokerto yang menjadi pusat Kerajaan Majapahit masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya Makam Panjang, dan mata air yang konon mempunyai banyak khasiat. Makam Panjang ini terletak di Dusun Ungah-unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan. Situs ini berjarak sekitar 200 meter arah timur laut dari Kolam Segaran. Bangunan Makam Panjang ini cukup sederhana. Hanya berupa pendapa yang dinaungi pohon beringin raksasa. Namun, di dalamnya ada sebuah makam yang ukurannya tak lazim. Foto: Enggran Eko Budianto Berbeda dengan makam pada umumnya, makam yang satu ini berukuran 5x2 meter. Terdapat sebuah batu mirip batu nisan dengan tulisan bahasa Sansekerta. Sementara dua bangunan gapura mini di depan makam merupakan bangunan baru. "Pada batu tersebut terdapat tulisan angka tahun 1012 masehi dan perjalanan hidup manusia," kata Juru Kunci Makam Panjang Sunoto (55) kepada detikcom, Jum