Langsung ke konten utama

Desa di Mojokerto yang Hilang, Dibom Hingga Warganya Jadi Romusha

Desa di Mojokerto yang Hilang, Dibom Hingga Warganya Jadi Romusha 


 Mojokerto - Hilangnya Desa Sendi dari Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, melalui serentetan peristiwa bersejarah yang cukup panjang. Penduduk desa tersebut banyak eksodus di kala itu.


Kepala Desa Pacet, Yadi Mustofa mengaku mendapat cerita bahwa sejak pemerintahan kolonial Belanda terhitung tiga kali penduduk asli Sendi malakukan pengungsian besar-besaran.

Eksodus pertama terjadi tahun 1931-1932. Yadi memperkirakan penduduk Desa Sendi saat itu 40-60 kepala keluarga. Pindahnya penduduk Sendi menyusul adanya transaksi tukar-menukar dan pemberian ganti rugi tanah penduduk oleh Boschwezen, intansi Perhutani zaman kolonial Belanda.

Transaksi itu tertuang dalam surat Berita Acara Tukar-menukar dan Pemberian Ganti Rugi B No 1-1931 tanggal 21 Nopember 1931 dan B No 3-1932 tanggal 10 Oktober 1932. Saat itu terjadi pembebasan tanah penduduk Desa Sendi oleh Pemerintah Belanda seluas 762,9 hektare.

"Disinyalir saat itu Desa Sendi dijadikan perkebunan tebu untuk menyuplai pabrik gula Dinoyo (di Kecamatan Jatirejo, Mojokerto). Yang tersisa hanya lahan kurang dari 24 hektare termasuk tanah bengkok sesuai lansiran letter C tahun 1975," kata Yadi kepada wartawan, Selasa (2/5/2017).

Setelah penjajah Belanda meninggalkan tanah air, lanjut Yadi, penduduk Desa Sendi sempat kembali ke kampung halamannya. Namun, mereka kembali eksodus saat penjajahan Jepang tahun 1942.

Penduduk Sendi mengungsi ke sejumlah desa di Kecamatan Pacet agar tak menjadi Romusha, pekerja paksa era penjajahan Jepang. Tak pelak, Desa Sendi kembali kosong. Bahkan aparat pemerintah desa saat itu turut mengungsi.

"Dipaksa untuk membangun bunker pertahanan dan gudang logistik tentara Jepang di Sendi. Menurut cerita nenek moyang, penduduk yang jadi romusha tak pernah kembali. Bekas bunker itu sampai saat ini masih ada di bawah Puthuk Kursi, warga menyebutnya Goa Jepang," ujarnya.

Setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan 17 Agustus 1945, kata Yadi, Desa Sendi menjadi basis pasukan gerilya Macan Putih. Peradaban di desa ini betul-betul musnah akibat agresi militer Belanda II tahun 1948. Tentara penjajah membumi hanguskan Sendi yang menjadi tempat persembunyian para gerilyawan.

"Hilangnya Desa Sendi setelah agresi militer II, wilayah tersebut tak berpenghuni karena penduduk aslinya menetap di desa sekitar, seperti Desa Sajen, Pacet, dan Petak," jelasnya.

Baru pada tahun 1999-2000, secara bertahap Sendi kembali berpenghuni. Namun, Sendi bukan lagi sebuah desa. Pemkab Mojokerto yang menguasai wilayah Sendi tak mengakuinya menjadi sebuah desa.

Saat ini, menurut Yadi, eks Desa Sendi berpenduduk 67 KK. Mereka adalah orang-orang yang mengaku sebagai keturunan dan ahli waris penduduk asli Sendi. "Penduduk Sendi saat ini asalnya 90% warga Dusun Pacet Selatan, Desa Pacet. Sisanya dari Desa Sajen dan Petak," terangnya.

Desa di Mojokerto yang Hilang, Dibom Hingga Warganya Jadi RomushaFoto: Enggran Eko Budianto


Cerita Kades Pacet itu dibenarkan Tokoh Masyarakat Sendi, Supardi (59). "Akibat agresi militer Belanda II, Sendi dibom, rumah dan harta benda masyarakat habis, surat-surat berharga habis, penduduk tak berani kembali ke sini," tuturnya.

Setelah puluhan tahun berlalu, tambah Supardi, saat ini keturunan penduduk asli Sendi telah beranak-pinak dan tersebar di Desa Pacet, Sajen, Padusan, dan Petak. Menurut dia, keturunan penduduk Sendi saat ini mencapai 236 KK. Hanya saja, yang menetap di wilayah eks Desa Sendi sekitar 50 KK atau 86 jiwa. Mayoritas wilayah Sendi telah dikuasai oleh Perhutani.

"Keturunan penduduk Sendi banyak yang tak punya lahan tempat tinggal karena asal usulnya mengungsi dari Desa Sendi. Oleh sebab itu tahun 2000 mereka menempati kembali wilayah Sendi," cetusnya.

Sementara Kepala Bagian Pemerintahan Setda Kabupaten Mojokerto, Rachmat Suharyono menjelaskan, berdasarkan Permendagri No 56 Tahun 2015 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan, nama Sendi tak termasuk dalam 299 desa dan 5 keluarahan di Kabupaten Mojokerto.

Wilayah eks Desa Sendi juga tak masuk di desa lainnya. Namun, Sendi masih di dalam wilayah teritorial Kabupaten Mojokerto yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Pasuruan dan Kota Batu, tepatnya masuk Kecamata Pacet.

"Dulu ceritanya pernah ada Desa Sendi. Dalam perjalanan sejarah pasca kemerdekaan, desa itu hilang. Sendi terlewakan dari pendataan pemerintah karena informasinya memang sudah tak ada penduduknya," tandasnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Batu Sumber Towo Yang Bertuah di Mojokerto Mojokerto - Wilayah Trowulan, Mojokerto yang menjadi pusat Kerajaan Majapahit masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya Makam Panjang, dan mata air yang konon mempunyai banyak khasiat. Makam Panjang ini terletak di Dusun Ungah-unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan. Situs ini berjarak sekitar 200 meter arah timur laut dari Kolam Segaran. Bangunan Makam Panjang ini cukup sederhana. Hanya berupa pendapa yang dinaungi pohon beringin raksasa. Namun, di dalamnya ada sebuah makam yang ukurannya tak lazim. Foto: Enggran Eko Budianto Berbeda dengan makam pada umumnya, makam yang satu ini berukuran 5x2 meter. Terdapat sebuah batu mirip batu nisan dengan tulisan bahasa Sansekerta. Sementara dua bangunan gapura mini di depan makam merupakan bangunan baru. "Pada batu tersebut terdapat tulisan angka tahun 1012 masehi dan perjalanan hidup manusia," kata Juru Kunci Makam Panjang Sunoto (55) kepada detikcom, Jum
Kunjungan Pabrik Otsuka SMK Negeri 1 Mojokerto   Saya sebagai salah satu pelajar SMK Negeri 1 Mojokerto,saya mendapatkan pengalaman baru dalam dunia kerja industri.Dalam hal ini saya akan menceritakan Pengalaman saya saat berkunjung ke Pabrik Otsuka di Kota Pasuruan. Saat saya berkunjung pertama kalinya ke Pabrik Otsuka,saat saya masuk ke pabrik saya disambut ramah oleh para pegawai-pegawai pabrik tersebut.Saat masuk saya diarahkan oleh pegawai ke sebuah ruangan.Diruangan tersebut kami diberi presentasi alasan Pabrik Otsuka didirikan.  Dari gambar logo diatas maksud logo tersebut Pabrik Otsuka.lambang O besar logo biru memiliki impian yang ingin diwujudkan yang belambangkan "Langit Biru".Sedangkan lambangO besar logo merah melambangkan semangat dalam meraih impian tersebut. Berikut ini proses produksi Pabrik Otsuka a.       Pembuatan Botol 1.     Injection moulding Gambar 2.1 Injection Moulding digunakan untuk pembuatan atau pembent

Orang-orang melayani tanpa pamrih

SP-Suharyanto  dijuluki polisi dunia lain, polisi partikelir yang dengan suka rela mengatur lalu lintas di perempatan trowulan sebelum di gusur oleh polisi cepek dia mengalah pindah di daerah Simpang empat Sooko Mojokerto. Berbeda dengan polisi cepek yang biasanya kita lihat di tempat lain. Istilah polisi cepek adalah julukan untuk orang yang mengatur lalu lintas dengan mengharap orang yang lewat memberikan uang ala kadarnya. Polisi beneran biasanya melarang operasi para polisi cepek itu karena dianggap malah mengganggu. Kadang-kadang motifnya bukan membantu mengatur keruwetan lalu lintas tapi semata-mata ingin mencari uang di jalanan. Tak ubahnya dengan apa yang dilakukan para peminta-minta dan pengamen jalanan. Entah apa alasannya polisi tidak melarang kegiatan polisi dunia lain ini. Terbukti sudah hampir sepuluh tahun Suharyanto menjadi polisi partikelir yang mengatur lalu lintas daerah Simpang empat sooko. Mungkin karena ia tidak menerima uang ala peminta