Hamzah Izzulhaq
Sosoknya itu mudah dikenali, dengan gaya bicaranya lugas jelas dan mudah akrab. Hamzah telah mampu meyakinkan kita sebagai seorang pengambil resiko dan deal maker dari pengalamannya. Hamzah itu mudah menjalin koneksi. Dia mampu bekerja sama di dalam situasi apapun tegas penulis.
Ya, selain itu, ia juga pemuda yang berani mengambil kegagalan lebih awal dari kalian semua.
Hamzah berhasil membuka 44 cabang bimbel dan sebuah bisnis sofabed di Tangerang, tetapi bukanlah bisnis pertamanya loh. Sejak masih sekolah banyak pula usaha telah dilakoni. Sebut saja dari menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan, dan berbagai macam permainan yang sangat digemari anak- anak.
Tidak hanya itu, dia juga pernah berjualan koran, layanan ojek payung saat hujan dan mengamen besama teman- teman.
Pemuda yang gemar bersosialisasi tidak hanya bisa bekerjasama dengan mereka yang "mapan". Dia tak lah segan membantu mereka yang tak mampu, berteman dan bekerja sama. Di SMA, bisnisnya merambah ke bisnis online. Disela- sela kegiatan santai seperti kegiatam bermain game online. Ia pun sigap game tersebut dibisniskan.
Ketika itu Hamzah dikenal jago game sempai level tinggi diantara kawan- kawannya. Dia menjual akun game miliknya sebesar Rp.1,2 juta.
Di umur 18 tahun, mulalailah bisnis serius ditekuni, kala itu bisnis berjualan pulsa dan buku sekolah. Caranya, Hamzah akan melobi pamannya yang kebetulan bekerja di sebuah toko buku besar di jakarta untuk menjadi distributor dengan diskon sebesar 30% per- buku. Ia kemudian menjual buku- buku itu ke teman dan kakak kelas setiap semester.
Tipsnya agar laku Hamzah menjelaskan ringan: berikan saja mereka diskon 10% dari 30% diskon miliknya, jadilah harganya masih untung 20%. Jika mau dikalkulasi di setiap semester, ia kala itu akan menghasilkan Rp.950.000. Angka luar biasa untuk bisnis sekelas anak sekolahan. Uang hasilnya kemudian baru dia putar untuk bisnis pulsa.
Sayang, kali ini, usahanya gulung tikar, hanya sanggup bertahan 3 bulan saja. Hamzah mencatat ada masalah karena rekan usahanya sering memakai modal milik mereka sendiri -mengambil pulsa tanpa bayar. Saat itu, Hamzah sempat down, tetapi langsung bangkit dengan membaca- baca buku bisnis lagi.
Bisnis bimbel
Modal sisa untung berjualan pulsa, ia gunakan kembali berbisis, kali ini dibelikan mesin pembuat pin. Waktu itu ia masih kelas 2 SMA. Namun, lagi- lagi usahanya gagal, Hamzah yang tak mengerti mesin akhirnya justru mematahkan alat tersebut. Sang ayah sempat marah besar mendengarnya. Tapi, Hamzah masih ingin terus menyalurkan hasrat bisnisnya.
Dimulai di tahun 2004, sebuah seminar bisnis membuka mata Hamzah lebar, bagaimana sebuah bisnis bimbel seharusnya dikerjakan dan apa prospeknya.
Itulah menjadi panggilan tersendiri baginya. Ia termasuk tipe berani mencoba tanpa harus ada embel embel passion coba saja. Dia benar- benar selalu merasa pekerjaanya adalah passionya jadi bisnis -lah passionnya. Dia segera mencoba bertanya tentang bisnis bimbel langsung. Sebagai catatan menarik Hamzah bukanlah dari keluarga tidak mampu.
Ayahnya merupakan seorang dosen di Universitas Gunadarma, yang yakin sang anak bukan tipe pemalas jadi selalu mendukung langkahnya.
Sejak awal sekolah dasar, Hamzah mulai mencari- cari tambahan uang jajan. Dia mulai mencari uang saku sendiri dari mengamen hingga ojek payung. Dia bahkan pernah menjadi seorang tukang parkir. Adanya inspirasi seminar bimbel, dia benar- benar menginginkan bimbelnya sendiri, tapi tak membangunnya dari nol.
Kala itu si empunya Bimbel memberikan penawaran menggiurkan kepadanya. Tak ayal, dangan pasti, dia meminjam uang 70 juta dari ayahnya tanpa ragu untuk sebuah bisnis. Berkaca dari kegagalan, dimana dia pernah membuka bisnis pembuatan pin hingga mematahkan alatnya. Ayah dan ibunya terlihat cukup ragu kala Hamzah mengutarakan niatnya.
Tetapi, bukan Hamzah namanya kalau tidak ngotot meyakinkan ayah dan ibunya bahwa bimbel merupakan jalan kesuksesannya. Dia langsung menghubungi pembicara seminar untuk lebih lanjutan ketika ijin itu datang. Caranya? Sia mempelajari serius marketing, keuangan, hingga prospek. Dia benar- benar ingin menekuni bimblenya ini.
Jika dia benar- benar tidak belajar sudah dipastikan bimbel akan rutuh. Maka Hamzah tidak mau setengah- setengah apalagi modalnya uang mobil 70 juta. Dia fokus harus mengembalikan uang tersebut berbentuk mobil untuk ayah dan bunya. Jika berhasil bertahan, bimbelnya akan terlihat hasilnya lambat laun jika tidak ada media promosi; bukan perkara mudah.
Dia bisa diibaratkan seperti mengambil alih perusahaan utuh. Hamzah harus membayar mahal serta belajar keras mengikuti alur. Dengan kemampuan menganalisanya, ia yakin mampu melawan rasa takut kerugian. Berhasil mengembangkan usaha bimbelnya hingga total ada 44 cabang. Barapa yang dia dapat? Ada 730 juta pertahun, sebuah nilai yang sangat tinggi untuk pemuda 19 tahun.
Tidak puas berbisnis bimbel, Hamzah merambah dunai sofabed mengambil alih usaha orang lain. Cara yang hampir sama dengan bimbelnya. Mungkin juga inilah bakatnya untuk mengambil bisnis sudah jadi.
Dengan pengalamannya mengelola bimbel, dia memiliki kepercayaan tinggi untuk mengelolai usaha barunya. Tak ayal, dar bisnis sofabed berkembang secara baik walau cukup tersendat di awal. Dikutip dari berbagai sumber, Hamzah Izzulhaq sang pengusahan muda, memiliki prinsip tersendiri mengenai menjadi entrepreneur atau wirausahawan.
Hamzah adalah pengusaha muda, pemilik CV. Hamasa, yang memiliki cabang usaha waralaba bimbel dan bisnis sofa bed.
Dia menyebut lima prinsip juga akan berlaku bagi kita semua. Apa itu, itu adalah:
Pertama, memperbaiki kualitas hubungan dengan lingkungan. Lingkungan membangun karakter menjadi seorang entrepreneur. Mungkin, kita akan menemukan kata "ah, ngapain sih bisnis? nanti aja""sok tua loh hidup aja dulu". Hamzah menekankan kita jika berteman dengan orang pesimis seperti ini, maka kita akan ikut pesimis.
Kedua, bagi anda yang ingin memulai bisnis, jangan memulai dari nol. Dia berkata "kalau istilah tangga, ada tangga 1 sampai 5, maka kita bisa memulai dari tangga 4 atau lima. Misalnya, kita bisa meneruskan usaha yang dirintis orang lain."
Ketiga, jangan pernah jadi seorang NATO (No Action Talk Only). Jika punya kayakinan, kita harus bisa memperjuangkannya Kita membutuhkan action cepat. Hamzah mayakinkan bahwa usaha tanpa action sama saja berbohong kepada semuanya.
Keempat, perbaiki hubungan dengan Tuhan dan orang tua. Orang tua akan mendoakan kita yang terbaik hingga mencapai kesuksesan. Sedangkan, ketika dekat dengan Tuhan maka kita tidak akan terjebak kesombongan setelah menjadi sukses.
Komentar
Posting Komentar