Langsung ke konten utama
WALIKOTA SIDIK DJOJOSOEKARTO
Nama yang tak pernah tertera




Pertengahan Juni 1946, Gubernur Jawa Timur sempat mengadakan penyegaran di tubuh pemerintahan yang dipimpinnya. Beberapa pejabat dirotasi kedudukannya. Salah satunya adalah mengangkat seorang Walikota di Mojokerto. Sayangnya walikota Mojokerto pertama setelah kemerdekaan itu tidak pernah membentuk struktur pemerintahan di Mojokerto.
Pada jaman Jepang kedudukan Burgemeester atau walikota Mojokerto dihapuskan. Jabatan yang ada sejak jaman Belanda itu kemudian dirangkap oleh Bupati Mojokerto RTA Rekso Amiprodjo. Pada saat kemerdekaan Rekso Amiprodjo diturunkan oleh KNI Mojokerto dan digantikan Dokter Soekandar. Rekso harus diganti karema menolak mengibarkan bendera merah putih di kantor Kabupaten Mojokerto.

Gubernur Suryo yang sempat berkantor di Mojokerto pada awal kemerdekaan sebelum pindah ke Malang, merasa perlu menunjuk seorang Walikoto di Mojokerto. Pasalnya, populasi penduduk Mojokerto meningkat pesat setelah Surabaya dikuasai Sekutu. Banyaknya orang yang harus diurusi itulah salah satu alasannya. Maka ditetapkanlah nama Sidik Djojosoekarto selaku Walikota Mojokerto.

Sidik Djojosoekarto adalah wakil ketua KNI Kediri yang juga menjadi ketua Partai Nasional Indonesia (PNI) Jawa Timur. Pria kelahiran Blitar, 7 Juni 1908 merupakan penentang penjajahan yang gigih. Karena sikapnya itu, anak lurah Kepanjen Blitar, lulusan Sekolah Dagang Surabaya tersebut diharus rela dipecat dari jabatan guru Volkschool Surabaya pada jaman Belanda.

Mengapa Sidik Djojosoekarto tidak membentuk pemerintahan di Kota Mojokerto ? Entahlah, padahal pejabat lain yang ditunjuk Gubernur Suryo segera bekerja. Misalnya, Boediman Rahatdjo yang ditunjuk menggantikan RAA Setjodiningrat sebagai Bupati Jombang. Demikian pula dengan R. Oetomo yang ditetapkan sebagai Bupati Pacitan menggantikan R. Soewondo Ranoewidjojo.

Bisa jadi Sidik Djojosoekarto tidak sempat membentuk struktur pemerintahan Kota Mojokerto karena mendapatkan tugas yang lebih besar. Presiden Soekarno mengangkatnya sebagai anggota Badan Pekerja di KNI Pusat yang berkedudukan di Jogjakarta. Kedudukannya sebagai Walikota Mojokerto tetap lowong karena Gubernur Surjo juga pindah posisi menjadi ketua DPA. Penggantinya, Dr. Soewondo melihat kebutuhan pemerintahan kota Mojokerto masih bisa dirangkap oleh Dr. Soekandar. Apalagi setelah itu Belanda masuk dan menguasai kota Mojokerto pada 17 Maret 1947.

Karir Sidik Djojosoekarto yang pada masa revolusi dikenal dengan nama panggilan Sidik Dingklang, terus menanjak dan dipercaya memegang kendali PNI dengan posisi ketua umum. Sebutan itu muncul untuk membedakan dengan nama Sidik lainnya, ada Sidik Kuthung untuk menyebut Mayor Sidik Arselan dari Pesindo dan ada juga Sidik Piteng. Tahun 1952 dia ditunjuk sebagai formatur bersama Sukiman (Masjumi) untuk membentuk kabinet baru yang dipimpin Wilopo. Sidik Djojosoekarto meninggal saat partai politik sedamg gencar-gencarnya,


melakukan kampanye Pemilu 1955. Meskipun ketuanya meninggal, PNI berhasil memenangkan pemilu pertama tersebut.

Kedudukan Walikota Mojokerto baru diisi setelah kemerdekaan berhasil direbut. Gubernur Moerdjani mengangkat R. Soedarsono Poespowardojo sebagai Walikota Kecil Mojokerto. Nama Sidik Djojosoekarto tidak tercantum sebagai Walikota Mojokerto karena memang tidak sempat menjabat posisi tersebut.

Berita tentang pengangkatan Sidik Djojosoekarto sebagai Walikota Mojokerto sempat dimuat dalam koran Suara Rakjat yang terbit di Malang tanggal 17 Juni 1946.

Sidowangun, 19 Mei 2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kisah Batu Sumber Towo Yang Bertuah di Mojokerto Mojokerto - Wilayah Trowulan, Mojokerto yang menjadi pusat Kerajaan Majapahit masih menyimpan banyak misteri. Salah satunya Makam Panjang, dan mata air yang konon mempunyai banyak khasiat. Makam Panjang ini terletak di Dusun Ungah-unggahan, Desa/Kecamatan Trowulan. Situs ini berjarak sekitar 200 meter arah timur laut dari Kolam Segaran. Bangunan Makam Panjang ini cukup sederhana. Hanya berupa pendapa yang dinaungi pohon beringin raksasa. Namun, di dalamnya ada sebuah makam yang ukurannya tak lazim. Foto: Enggran Eko Budianto Berbeda dengan makam pada umumnya, makam yang satu ini berukuran 5x2 meter. Terdapat sebuah batu mirip batu nisan dengan tulisan bahasa Sansekerta. Sementara dua bangunan gapura mini di depan makam merupakan bangunan baru. "Pada batu tersebut terdapat tulisan angka tahun 1012 masehi dan perjalanan hidup manusia," kata Juru Kunci Makam Panjang Sunoto (55) kepada detikcom, Jum
Kunjungan Pabrik Otsuka SMK Negeri 1 Mojokerto   Saya sebagai salah satu pelajar SMK Negeri 1 Mojokerto,saya mendapatkan pengalaman baru dalam dunia kerja industri.Dalam hal ini saya akan menceritakan Pengalaman saya saat berkunjung ke Pabrik Otsuka di Kota Pasuruan. Saat saya berkunjung pertama kalinya ke Pabrik Otsuka,saat saya masuk ke pabrik saya disambut ramah oleh para pegawai-pegawai pabrik tersebut.Saat masuk saya diarahkan oleh pegawai ke sebuah ruangan.Diruangan tersebut kami diberi presentasi alasan Pabrik Otsuka didirikan.  Dari gambar logo diatas maksud logo tersebut Pabrik Otsuka.lambang O besar logo biru memiliki impian yang ingin diwujudkan yang belambangkan "Langit Biru".Sedangkan lambangO besar logo merah melambangkan semangat dalam meraih impian tersebut. Berikut ini proses produksi Pabrik Otsuka a.       Pembuatan Botol 1.     Injection moulding Gambar 2.1 Injection Moulding digunakan untuk pembuatan atau pembent

Orang-orang melayani tanpa pamrih

SP-Suharyanto  dijuluki polisi dunia lain, polisi partikelir yang dengan suka rela mengatur lalu lintas di perempatan trowulan sebelum di gusur oleh polisi cepek dia mengalah pindah di daerah Simpang empat Sooko Mojokerto. Berbeda dengan polisi cepek yang biasanya kita lihat di tempat lain. Istilah polisi cepek adalah julukan untuk orang yang mengatur lalu lintas dengan mengharap orang yang lewat memberikan uang ala kadarnya. Polisi beneran biasanya melarang operasi para polisi cepek itu karena dianggap malah mengganggu. Kadang-kadang motifnya bukan membantu mengatur keruwetan lalu lintas tapi semata-mata ingin mencari uang di jalanan. Tak ubahnya dengan apa yang dilakukan para peminta-minta dan pengamen jalanan. Entah apa alasannya polisi tidak melarang kegiatan polisi dunia lain ini. Terbukti sudah hampir sepuluh tahun Suharyanto menjadi polisi partikelir yang mengatur lalu lintas daerah Simpang empat sooko. Mungkin karena ia tidak menerima uang ala peminta